Jumat, 22 November 2013

ANALISIS BUKU PRAGMATIK KARANGAN GEORGE YULE MENGGUNAKAN METODE POWER READING

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Pada era teknologi, informasi, dan komunikasi seperti sekarang ini terjadi perubahan yang sangat cepat di semua sector. Perkembangan Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber dan literatur. Informasi dapat diperoleh dari media cetak maupun dari media elektronik. Berbeda sekali dengan sepuluh tahun yang lalu, orang mengandalkan informasi dari sumber-sumber seperti koran, majalah, radio, dan televisi. Sekarang ini, muncul sumber informsi yang lebih canggih, misalnya internet, yaitu suatu jaringan informasi dan komunikasi digital yang menggunakan komputer dan satelit komunikasi. Akses berita atau infomrasi lewat internet sangat cepat dan saat ini hampir mengalahkan sumber informasi lainnya. Untuk dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya, diperlukan suatu kemampuan membaca bagi pencari berita, yaitu kemampuan membaca cepat.
Membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Biasanya kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan dan bahan bacaan, artinya seorang pembaca cepat yang baik tidak menerapakan kecepatan membacanya secara konstan di berbagai cuaca dan keadaan membacannya. Penerapan kecepatan membaca cepat itu disesuaikan dengan tujuan membacanya aspek bacaan yang digali dan berat ringannya bahan bacaan (Tompobolon, 1990).
Kecepatan membaca sangatlah diperlukan agar dapat meningkatkan pemahaman dalam menganalisis sebuah bahan bacaan. Dengan kemampuan membaca cepat ini  kita akan lebih mudah untuk memperoleh informasi yang kita inginkan secara cepat dan akurat. 
Kemampuan membaca cepat ini dipelajari  oleh siswa-siswi di sekolah-sekolah, maupun mahasiswa perguruan tinggi khususnya jurusan pendidikan bahasa. Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan, sebagai mahasiswa kita tentunya dituntut untuk dapat menguasai kemampuan membaca cepat ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud menulis laporan penelitian mengenai  “Analisis membaca buku Paragmatik karangan George Yule berdasarkan teknik power reading”. Penelitian ini dapat di jadikan referensi bagi siswa maupun mahasiswa dalam mengukur sejauh mana kecepatan membaca yang dimilikinya serta sejauh mana tingkat pemahamannya. 
Dengan dijadikannya hasil penelitian ini sebagai pembelajaran di sekolah menengah atas dan di perguruan tinggi, maka diharapakan baik siswa maupun mahasiswa dapat memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki sikap yang positif dalam meningkatkan kemampun kecepatan membaca agar dapat menemukan ionformasi dengan cepat dan akurat.
B.    Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam  penelitian ini ialah analisis membaca buku paragmatik karangan George Yule berdasarkan teknik Power reading
C.    Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini ialah dapat menganalisis buku paragmatik karangan George Yule berdasarkan teknik Power reading
D.      Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)    Agar pembaca dapat mengetahui tentang power reading dan dapat mengapresiasikannya dalam kehidupan sehari-hari
2)    Sebagai sumber acuan untuk peneliti selanjutnya dalam meneliti tentang power reading dalan mengukur sejauh mana pemahaman kita tentang bahan bacaan.



































BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Pengertian membaca cepat

Membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Biasanya kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan dan bahan bacaan, artinya seorang pembaca cepat yang baik tidak menerapakan kecepatan membacanya secara konstan di berbagai cuaca dan keadaan membacannya. Penerapan kecepatan membaca cepat itu disesuaikan dengan tujuan membacanya aspek bacaan yang digali dan berat ringannya bahan bacaan (Tompobolon, 1990).
Membaca cepat merupakan keterampilan yang sangat bermanfaat untuk keperluan membaca sekilas dan pemahaman secara cepat ( Colin Rose, 2002).

B.    Teknik membaca cepat

Adapun teknik berikut ini diuraikan tips menguasai teknik membaca cepat:
1.  Melatih Kecepatan.
Berapa kata per menit yang bisa Anda baca. Para pakar sepakat, Anda baru bisa dibilang bisa membaca cepat bila kemapuan membaca Anda berkisar 250-300 kata per menit. Ada teknik yang bisa diterapkan. Salah satunya dengan berusaha membaca beberapa blok kata sekaligus. Berdasarkan penelitian, ternyata otak kita membaca kata per kata, bukan huruf per huruf. Jadi aturan huruf pada kata tidak penting, cukup huruf pertama dan terakhir yang harus berada pada tempatnya. Meski hurufnya tidak beraturan, tapi bila huruf pertama dan terakhir benar, otak Kita bisa membacanya. Contoh seperti ini, kata ‘bgaus’meski hurufnya tidak berurutan, otak langsung bisa membacanya dengan benar segabai kata, ‘bagus’.   menurut teori associative memory, otak banyak bekerja dengan mengasosiasikan suatu informasi dengan informasi lain yang sudah lebih dahulu tersimpan dalam memori. Itulah megapa kita tidak kesulitan membaca SMS yang pelit dengan huruf. Untuk bisa membaca cepat, kita perlu berlati. Caranya mudah. Saat latihan, cobalah membaca seepat-cepatnya, dan berilah target setinggi-tingginya. Misalnya dalam satu menit, kita menargetkan harus bisa menyelesaikan membaca satu artikel surat kabar. Bila ada paragraf atau bagian yang penting, turunkan kecepatan membaca agar kita bisa memahami.
2. Kemampuan Scanning.
Membaca tatap (scanning) atau disebut juga membaca memindai adalah membaca sangat cepat. Ketika seseorang membaca memindai, dia akan melampaui banyak kata. Menurut Mikulecky & Jeffries (dalam Farida Rahim, 2005), membaca memindai penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Teknik membaca ini berguna untuk mencari beberapa informasi secepat mungkin. Biasanya kita membaca kata per kata dari setiap kalimat yang dibacanya. Dengan berlatih teknik membaca memindai, seseorang bisa belajar membaca untuk memahami teks bacaan dengan cara yang lebih cepat. Tapi, membaca dengan cara memindai ini tidak asal digunakan. Jika untuk keperluan untuk membaca buku teks, puisi, surat penting dari ahli hukum, dan sebagainya, perlu lebih detil membacanya.
Adapun langkah-langkah Scanning yaitu sebagai berikut:
•    Perhatikan penggunaan urutan seperti ‘angka’, ‘huruf’, ‘langkah’, ‘pertama’, ‘kedua’, atau ‘selanjutnya’.
•    Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan teks lainnya.
•    Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraph
•    Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan,
•     Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari, dan
•    Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan
•    Ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun
Adapun tujuan dari membaca scanning yaitu:
C.    Pengertian power reading
Power reding adalah metode membaca buku untuk memahami bacaan dengan menguasai cara membaca cepat dan efektif hingga pada tahapan selanjutnya adalah membaca teks setiap bab dan keseluruhan isi buku.
Dengan melakukan teknik power reading kita mampu menguasai bacaan lebih kurang dua ratus sampai lima ratus halaman (>200-500 halaman).
D.    Langkah-langkah Power reading
Adapun langkah-langkah power reading yaitu sebagai berikut:
1.    Ciptakan gambaran keseluruhan waktu lima menit,baca tinjauanya untuk gagasan intinya.
2.    Lihat siklus manfaat buku enam detik setiap halaman,baca secara cepat teks di bab pertamadengan kecepatan enam detik perhalama,yang harus dicari adalah gagasan dari kata kunci  pastikan bahwa buku itu menambah wawasan dan bermanfaat jika tidak maka tinggalkanlah
3.    Buat sketsa waktu untuk seluruh isi buku 30 menit waktu untuk setiap bab 3 menit
4.    Sisipkan pertanyaan-pertanyaan misalnya:
    Apa gagasan utamanya?
    Bukti apa yang mendukung?
    Apa fakta aktualnya?
    Adakah hal baru dalam buku itu?
    Apa yang bias dimanfaatkan dalam buku?
5.    Baca teks setiap bab, waktu untuk setiap bab 8 menit dan waktu untuk seluruh buku 80 menit
6.    Tujuan baik setiap bab
Baca bab dan berhenti pada bagian yang sulit dan memahami kaitan antar berbagai gagasan dan argument untuk memahami pola buku. Baca dengan bersuara ada bagian hyang sulit waktu setiap bab 8 menit seluruh isi buku 80 menit
7.    Buatlah catatan ringkas waktu setisp bab 3 menit, 30 menit untuk isi buku
8.    Ulangi hari berikutnya, lihatlah kembali selama 10 menit tambahkan 5-10 menit untuk seminggu kemudian untuk sekuruh buku 30 menit
9.    Evaluasi membaa super
    Apakah metode power reading ini cukup membantu isi buku?
    Seberapa cepat anda membaca buku
    Apakah pemahaman daninmgatan anda akan buku itu meningkat?














BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A.    Metode dan Jenis Penelitian
1.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif  kuantitatif. Dikatakan deskriptif karena dalam penelitian ini peneliti mendeskripsiakan data yang akan dianalisis berupa analisis power reading dalam mengukur kecepatan membaca agar meninggkatkan pemahaman tentang bahan bacaan. Dikatakan kualitatif karena dalam menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan satu sama lain dengan menggunakan kata-kata atau kalimat bukan menggunakan angka-angka statistik.
2.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan jalan mengadakan studi lewat bahan bacaan yang relefan serta mendukung penelitian ini.
B.     Data dan Sumber data
Data yang digunakan dari penelitian ini adalah data tertulis berupa  analisis power reading berdasarkan buku Paragmatik oleh George Yule. Sumber data dari penelitian ini adalah buku karangan George Yule denan judul buku Paragmatik, yang di terbitkan oleh Pustaka Pelajar 1996, dengan tebal buku 240 halaman yang terdiri dari sembilan bab. yang merupakan data pribadi dan data tertulis lain yang mendukung penelitian ini.

C.    Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik baca- catat, yaitu data diperoleh dari hasil membaca dan mencatat informasi yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.
D.    Teknik analisis data
Penelitian ini akan dianalisis menggunakan pendekatan struktural yaitu menelaah unsure-unsur power reading. Pendekatan struktural memandang karya sastra sebagai suatu karya yang bersifat otonom dan dapat berdiri sendiri. Struktural dijelaskan melalui aspek intrinsik yang membangun karya sastra. Hal ini sesuai dengan masalah utama dalam penelitian ini, yaitu analisis tentang power reading dalam meningkatan kecepatan membaca. Dalam menggunakan pendekatan struktural, peneliti mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan informasi apa saja yang didapatkan setelah menanalisis bacaan Paragmatik karangan Georgi Yule, dengan tujuan agar meningkatkan power reading yang dimiliki pembaca.













BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Hasil Analisis buku  Pragmatik karangan George Yule, berdasarkan power reading

Adapun hasil penelitian saya tentang power reading pada buku Paragmatik karangan George Yule yaitu sebagai berikut:
1.    Bab I ( Batasan dan latar belakang)
Adapun informasi yang saya dapatkan pada bab ini ialah sebagai berikut:
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar  (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna yang terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Berikut ini beberpa pengertian paragmatik yaitu:
•    Paragmatik adalah studi tentang maksud penutur
•    Paragmatik adalah studi tentang makna referensial
•    Paragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang     disampaikan  daripada yang dituturkan
•    Paragmatik adalah studi hubungan antara bentuk-bentuk linguistic dan pemakai bentuk-bentuk itu.
    Sintaks adalah studi antara hubungan tentang bentuk-bentuk kebahasaan, bagaimana menyusun bentuk-bentuk kebahasaan itu dalam suatu tataran dan tatanan makna yang tersusun baik. Semantic adalah studi antara hubungan antara bentuk-bentuk linguistic dengan entitas didunia, yaitu bagaimana hubungan antara kata-kata dengan sesuatu secara harfiah.

2.    Bab II (Deiksis dan Jarak)
Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjukan melalui bahasa. Bentuk linguistic yang dipakai untuk menyelesaikan penunjukan disebut ungkapan deiksis. Ketika anda menunjuk objek asing dan pertanyaanya “Apa itu?” , maka anda menggunakan ungkapan deiksis (“itu”) untuk menunjukan sesuatu dalam suatu konteks secara tiba-tiba. Ungkapan-ungkapan deiksis kadang kala juga disebut indeksikal. Berikut ini akan dipaparkan berbagai jenis deiksis yaitu:
•    Deiksis persona, merupakan deiksis yang digunakan untuk menunjuk orang
•    Deiksis tempat, merupakan tempat hubungan antaraorang dan bendanya ditunjukkan
•    Deiksis waktu merupakan, waktu terjadinya peristiwa
•    deiksis dan tata bahasa
        Yang merupakan perbedaan antara deiksis orang, tempat, dan waktu dilihjat dari pekerjaan dari salah satu perbedaan-perbadaan structural yang paling umum dibuat dalam tata bahasa.

3.    Bab III (Referensi dan inferensi)
        Referensi merupkan suatu tindakan dimana seorang penutur , atau penulis menggunakan bentuk linguistic untuk memungkinkan seorang pendengar atau pembaca mengenali sesuatu. Pemakaian kata-kata yang mengacu pada orang dan benda merupakan peristiwa relarif secara langsung. Bentuk-bentuk linguistic itu adalah ungkapan-ungkapan pengacuan, yang mungkin berupa nama diri (misalnya frasa nomina tertentu atau frasa nomina tidak tentu. Agar terjadi referensi yang sukses kita harus mamngenali peran inferensi.
         Referensi terkait dengan peran maksud penutur (misalnya untuk mengenali sesuatu) dan keyakinan penutur ( yaitu dapatkah pendengar diharapkan untuk mengetahui pengetahuan yang khusus dalam pemakaian bahasa. Karena tidak ada hubungan langsung antara entitas-entitas dan kata-kata, tugas pendengar adalah menyimpulkan secara benar entitas nama yang dimaksudkan oleh penutur untuk dikenali dengan menggunakan suatun ungkapan pengacuan yang khusus.
        Fersi referensi yang disajikan ialah referensi yang didalamnya ada suatu maksud dasar untuk mengenali dan suatu kerja sama pengenalan tujuan dilapangan. Proses ini tidak hanya membutuhkan kerja sama antara seorang penutur dan pendengar , proses ini nampaknya berfungsi dalam istilah-istilah kaidah, antara seluruh anggota masyarakat yang memiliki secara bersama-sama suatu bahasa dan budaya umum.

4.    Bab IV (Praanggapan dan Entailmen)
        Materi dalam bab ini di rancang untuk menggambarkan suatu proses pemikiran melalui sejumlah besar problema dalam analisis-analisis terhadap beberapa aspek makna yang tidak tampak.
        Preupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki preupposisi adalah penutur, bukan kalimat. Entailmen adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang di tegaskan didalam tuturan. Yang memiliki Entailmen adalah kalimat, bukan tuturan. Dalam beberapa pembahasan tentang konsep, preupposisi dibicarakan sebagai hubungan antara dua preupposisi.
        Adapun Jenis-jenis preupposisi yaitu:
•    Preuposisi potensial, merupakan preupposisi yang sebenarnya yang dipakai oleh penutur.
•    Preupposisi faktif merupakan informasi yang di pra-anggapkan yang mengikuti kata kerja ‘tahu’ dapat di anggap sebagai kenyataan
•    Prepposisi leksikal, pada umumnya pada preupposisi ini pemakaian suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara konvesional ditafsirkan dengan preupposisi bakna suatu makna lain (yang tidak dinyatakan dipahami).
•    Preupposisi structural, dalam hal ini struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai preupposisi secara tepat dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya.
•    Preupposisi non-faktif, suatu preupposisi yang diasumsikan tidak benar

5.    Bab V (Kerja sama dan Implikatur)
        Pada pembahasan sebelumnya kita berasumsi bahwa penutur dan pendengar yang terlibat dalam percakaapan umumnya saling bekerja sama. Misalnya untuk keberhasilan suatu referensi, diharapkan kerja sama menjadi factor utama. Ketika menerima preupposisi penutur, pendengar harus berasumsi bahwa seorang penutur yamg mengtakan “mobil saya’ memeng benar-benar memiliki mobil yang disebutkan dan tidak mencoba untuk menyesatkan pendengar. Bentuk kerja sama yang seperti ini ialah bentuk kerja sama yang sederhana dimana orang-orang yang sedang berbicara umumnya tidak diasumsikan tidak berusaha membingungkan informasi yang relevan satu sama lain. Prinsip kerja sama ialah membuat percakapan anda sendiri seperti yang diminta, pada taraf dimana percakapan itu terjadi, dengan maksud atau arah pergantian bicara yang dapat diterima  dimana anda terlibat didalamnya.
         Imperator dasar percakapan terjadi apabila asumsi dasar percakapan adalah jikalau tidak ditunjukkan sebaliknya bahwa peserta-pesertanya mengikuti prinsip kerja sama dan maksim-maksim. Imperator percakapan umum terjadi apabila pengetahuan khusus tidak mempersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan. Impiratur berskala ialah bahwa semua bentuk dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun dalam skala itu dinyatakan. Imperator percakapan khusus ialah percakapan yang terjadi dalam konteks yang khusus  dimana kita mengasumsiakn informasi secara local.

6.    Bab VI (Tindak Tutur dan Peristiwa tutur)
        Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengndung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperhatikan tindakan-tindakan melelui tuturan itu. Istilah-istilah deskriptif yang berlainan untuk tindak tutur yang berlainan digunakan untuka maksud komunikatif penutur dalam menghasilkan tuturan. Penutur berharap agar maksud komunikatifnya akan dimengerti oleh pendengar. Penutur dan pendengar biasanya terbantu terbantu oleh keadaan disekitar tuturan itu. Keadaan semacam initermaksud juga dalam tuturan-tutura yang lain , disebut peristiwa tutur. Dalam banyak hal peristiwa tuturlah yang menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan ketika menampilkan suatu tindak tutur khusus.
        Pada sutu saat \, tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling berhunungan. Yang pertama adalah tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkkapan linguistic yang bermakna. Kita membentuk tuturan dengan beberapa fungsi didalam pikiran. Ini adalah dimensi kedua  atau tindak ilokusi. Tentu kita secara tidak sederhana menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memasukkan tuturan itu memiliki akibat. Inilah dimensi ketiga, tindak perlokusi.
        Alat penunjuk tekanan ilokusi ialah jenis ungkapan dimana terdapat celah untuk sebuah kata kerja yang secara eksplisit menyebutkan tindak ilokusi yang sedang ditunjukkan.
        Dalam klasifikasi tindak tutur mencantumkan lima jenis fungsi unum yang ditunjukkan oleh tindak tutur yaitu deklarasi, representative, ekspresif, direktif, dan komisif. Deklarasi ialah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan dimasa yang akan datang.    

7.    Bab VII ( Kesopanan dan Interaksi)
        Sudah lazim kalau kita memperlakukan kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas , seperti gagasan, tingkah laku social yang sopan atau etiket yang terdapat dalam budaya. Juga dimungkinkan untuk menentukan sejumlah prinsip-prinsip yang umum yang berbeda untuk menjadi  sopan dalam interaksi social dalam suatu budaya khusus.
        Sebagai istilah teknis wajah merupakan wujud pribadi seseorang dalam masyarakat. Wajah mengacu pada makna social dan emosional sendiri yang setiap orang miliki dan mengharapkan orang lain untuk mengetahui. Kesopanan dalam interaksi dapat didefenisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukan kesadaran tentang wajah orang lain. Dalam pengertian ini, kesopanan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan social. Kesopanan positif mengarahkan pemohon untuk menarik tujuan umum dan bahkan persahabatan dengan menggunakan ungkpan-ungkapan yang halus.

8.    Bab VIII (Struktur percakapan dan struktur referensi
        Sebagian besar percakapan melibatkan dua peserta atau lebih dalam mengambil giliran,dan hanya satu orang yang berbicara pada saat itu. Pengertian yang halus dari satu penutur berikutnya tampaknya sangat dihargai.pertukaran disertai dengan kesenyapan yang lama di antara dua giliran atau dengan adanya ‘oferlep’(yaitu kedua penutur mencoba berbicara pada saat yang sama)dirasakan kaku.jika dua orang berusaha untuk bercakap-cakap dan tidak menemukan adanya alur/flow,atau ritme yang lembut pada pergantiannya,ini berarti bahwa lebih banyak pesan yang di pahami dari pada yang di katakan.
        Pasangan ajasensi sebenarnya merupakan kegaduhan yang mengandung makna dalam tata urutan bicara.pasangan tersebut menggambarkan tindakan sosial,dan tidak semua tindakan sosial itu sama ketika pasangan itu terjadi sebagai bagian kedua dari pasangan itu.pada dasarnya bagian pertama yang berisikan permohonan atau tawaran secara khusus di buat dengan harapan bahwa bagian ke dua merupakan pengabulan.pengabulan secara structural lebih memungkinkan daripada penolakan. Kemungkinan besar structural itu disebut preferensi. Istila ini di pakai untuk menunjukan pola struktural tertentu secara sosial dan tidak mengacu kepada sikap seseorang atau keinginan emosi. Dalam penggunaanya secara teknis,preferensi merupakan suatu pola yang tampak dalam percakapan dan bukan suatu kemauan pribadi.


9.    Bab IX ( Wacana dan Budaya)
        Analisis wacana mencakup tentang rentangan aktifitas-aktifitas yang sangat luasdari penelitian yang terfokus secara sempit tentang bagaimana kata-kata oh atau baiklah digunakan dalam percakapan umum, sampai pada studi tentang idiologi yang dominan dalam suatu budaya.jika analisis ini dibatasi oleh pokok-pokok persoaln linguistic , maka analisis wacana memfokuskan pada catatan prosesnya dimana bahasa digunakan dalam konteks-konteks untuk menyatakan keinginan.
        Secara umum ada daya tarik yang sangat besar dalam struktur wacana, dengan perhatian khusus terhadap sesuatu yang dapat membuat konteks tersusun dengan baik. Secara umum apa yanga ada dalam benak pembaca adalah suatu asumsi koherensi, yaitu apa yang dikatakan dan diinginkan akan mengandung arti sesuai degan pengalaman normal mereka.  Pengalaman itu akan diartikan secara local oleh masing-masing inmdividu dank arena itu akan terikat dengan keakraban yang di harapkan.
       Dalam struktur preferensi bagian kedua ini dibagi menjadi dua,yaitu tindakan sosial yang disukai dan tindak sosial yang tidak disukai.

B.    Alokasi waktu dalam membaca buku  Pragmatik karangan George Yule, berdasarkan teknik power reading

Penelitian Power reading dalam buku Paragmatik karangan George Yule dilakukan dalam jangka waktu tujuh hari (satu minggu). 
Pada hari pertama, dan kedua , peneliti membaca buku ini dalam sekali duduk dan menghabiskan waktu selama dua jam tuju puluh menit (2,7 jam) untuk membaca sekaligus memahami keseluruhan isi buku, peneliti menghabiskan waktu dua puluh (20) menit untuk dapat memahami isi buku tiap babnya. Setelah dirata-ratakan untuk menemukan gagasan utama tiap halamam buku setiap babnya diperlukan waktu sekitar 20  detik. Dalam membaca halaman tiap babnya, peneliti berhenti pada bagian yang sulit dan mengkaji kaitan antara berbagai gagasan dan argument untuk memahami isi pola buku. Dibaca dengan bersuara pada bagian yang sulit agar lebih cepat dipahami. Peneliti juga membuat ringkasan singka agar membantu memahami isi buku, waktu yang diperlukan setiap babnya 4 menit, 40 menit seluruh isi buku.
 Setelah itu peneliti melakukan penelitian pada hari kedua dan ketiga, .Hasil yang diperoleh yaitu peneliti membaca kembali buku ini dalam sekali duduk dan menghabiskan waktu selama dua jam (2 jam), peneliti menghabiskan waktun lima belas menit (15 menit) untuk dapat memahami isi buku tiap babnya. peneliti menghabiskan waktu dua puluh (20) menit untuk dapat memahami isi buku tiap babnya. Setelah dirata-ratakan untuk menemukan gagasan utama tiap halamam buku setiap babnya diperlukan waktu sekitar 15  detik. Dalam membaca halaman tiap babnya, peneliti berhenti pada bagian yang sulit dan mengkaji kaitan antara berbagai gagasan dan argument untuk memahami isi pola buku. Dibaca dengan bersuara pada bagian yang sulit agar lebih cepat dipahami. Peneliti juga membuat ringkasan singkat agar membantu memahami isi buku, waktu yang diperlukan setiap babnya 4 menit, 40 menit seluruh isi buku. Dalam tempo waktu tersebut peneliti dapat memahami keseluruhan isi buku.
Pada hari kelima dan keenam, peneliti membaca ulang buku ini dalam sekali duduk dan menghabiskan waktu selama dua jam (2 jam), peneliti menghabiskan waktun lima belas menit (15 menit) untuk dapat memahami isi buku tiap babnya. peneliti menghabiskan waktu dua puluh (20) menit untuk dapat memahami isi buku tiap babnya. Setelah dirata-ratakan untuk menemukan gagasan utama tiap halamam buku setiap babnya diperlukan waktu sekitar 15  detik. Dalam membaca halaman tiap babnya, peneliti berhenti pada bagian yang sulit dan mengkaji kaitan antara berbagai gagasan dan argument untuk memahami isi pola buku. Dibaca dengan bersuara pada bagian yang sulit agar lebih cepat dipahami. Peneliti juga membuat ringkasan singkat agar membantu memahami isi buku, waktu yang diperlukan setiap babnya 4 menit, 40 menit seluruh isi buku. Dalam tempo waktu tersebut peneliti dapat memahami keseluruhan isi buku.



C.    Evaluasi membaca super
       
Dalam melakukan kegiatan power reading evaluasi membaca super dapat terwujud apabila kegiatan power reading ini berhasil. Dalam penelitian ini evaluasi membaca super berhasil di laksanakan, ini terbukti dengan adanya peningkatan membaca cepat yang dilakukan oleh peneliti seperti yang  telah di uraikan pada penjelasan sebelumnya.
Dari penjelasan diatas dapat kita lihat peneliti mengalami perkembangan peningkatan kecepatan membaca serta  pemahamannya setelah melakukan kegiatan power reading dengan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam power reading tersebut. Dalam hal ini berarti peneliti mengalami kemajuan yang mana pada hari pertamadan kedua peneliti  dapat menyelesaikannya selama 2,7 jam buku bacaan dalam sekali duduk, dan pada hari ketiga dan keempat peneliti mengalami kemajuan yaitu dapat menyelesaikan bahan bacaan tersebut dalam waktu 2,5 jam, kemudian pada hari kempat dan kelima peneliti mengalami peningkatan lagi yaitu dapat  menyelesaikan bahan bacaan selama dua jam dalam sekali duduk.

   

       













BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah di uraikan di atas dapat kami simpulkan bahwa Membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya (Tompobolon, 1990).
Power reading merupakan salah satu kegiatan membaca cepat yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang agar dapat memperoroleh informasi dengan cepat dan akurat.  Manfaat yang dapat kita peroleh dari power reading bukan hanya kegiatan membaca kita yang cepat akan tetapi pemahaman kita akan bahan bacaan semakin meningkat sesuai kecepatan membaca yang kita lakukan.

B.    Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dikemukakan saran sebagai berikut.
1)     Power reading merupakan halyang sangat penting untuk dipelajari, oleh sebab itu sangatlah penting untuk diketahui dan dikuasai ilmunya karena dapat bermanfaat dalam menemukan infotrmasi penting
2)    Setelah mengetahui pentingnya power reding bagi perkembangan informasi sekarang ini, maka perlulah kita mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.



Daftar Pustaka
Anonimas,  2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka umum.

Prodopo, Racmad Djoko. 2002.  Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajamada Universitas Press.

Yule, George. 1996. Paragmatik. Jakarta: Pustaka pelajar

http:/bahasaalone.wordpress.com/2010/04/03/bahasa-sastra



Tidak ada komentar:

Posting Komentar